Penerapan kegiatan pembelajaran jarak jauh (PJJ) selama pandemi Covid19, dirasakan menyulitkan bagi setiap siswa. Komplain tersebut disampaikan langsung kepada KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia).
KPAI mengatakan telah menerima ratusan pengaduan dari berbagai wilayah, termasuk Jakarta, Bekasi, Cirebon, Tegal, sampai Pontianak. Sejumlah siswa mengeluh beratnya penugasan dari guru yang harus dikerjakan dengan tenggat yang sempit hingga terbatasnya fasilitas belajar daring.
Berangkat dari aduan dari siswa, KPAI lantas menggelar survey, tujuannya untuk mengetahui persepsi siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran jarak jauh.
Survey tersebut melibatkan 1.700 responden pelajar, sehingga mengumpulkan 246 aduan yang diterima dari tanggal 13-20 April 2020.
Pengaduan tertinggi berasal dari jenjang SMA dan sederajat mencapai 70 persen lebih, yaitu pelajar SMA komplain sebanyak 124 siswa (50,4%), pelajar SMK sebanyak 48 (19,5%), dan MA sebanyak 24 (9,8%).
Selanjutnya jenjang SMP sebanyak 33 siswa (13,4%), disusul MTS hanya 3 siswa (1,2%), dan jenjang SD sebanyak 11 kasus (4,5%) dan TK hanya ada 3 kasus keluhan (1,2%).
Hasil survey menunjukkan, keluhan siswa kebanyakan terkait masalah kuota, peralatan belajar yang nggak memadahi, interaksi guru yang kurang, tugas yang banyak dengan waktu terbatas, sampe dengan masalah kesehatan seperti kelelahan dan mata sakit akibat terlalu lama di depan HP atau PC (komputer).
Keluhan lainnya yang cukup dirasakan siswa yakni, masalah keberatan membayar Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) secara penuh selama PJJ. Hal itu beralasan karena tidak ada aktivitas pembelajaran di sekolah hanya melalui daring.
“Survey Ini diinisasi lantaran banyaknya aduan yang kami terima. Angkanya cukup tinggi, capai ratusan pengaduan sekaligus. Kami menilai mau nggak mau ini sesuatu yang nggak bisa dibiarkan,” ucap Retno Listyarti, Komisioner KPAI Bidang Pendidikan. (E4)