214 Juta Data Pengguna Facebook, Linkedin, hingga Instagram Bocor

  • Whatsapp
Ilustrasi hacker (Indiespot.id/Unsplash: mika baumeister)

Indiespot.id-Medan. Lembaga cybersecurity, Safety Detective melaporkan adanya kebocaran pada sekitar 214 juta data pribadi pengguna Facebook, LinkedIn, Instagram, dan platform lainnya yang dialami oleh perusahaan manajemen media sosial asal China, Socialarks.

“Tim kami menemukan bahwa seluruh data yang bocor itu diambil dari platform media sosial, sehingga tidak etis serta melanggar ketentuan penggunaan Facebook, Instagram, dan LinkedIn,” tulis Safety Detectives dalam laporannya.

Bacaan Lainnya

Laporan ini dikeluarkan Safety Detective, setelah memeriksa lebih dari 400 GB data profil media sosial. Menurut laporan Threat Post, kebocoran ratusan juta data pengguna ini berasal dari database ElasticSearch yang salah dikonfigurasi.

Lebih rinci, Safety Detectives menyebutkan data pribadi yang diambil berasal dari 81.551.567 profil pengguna Facebook belum termasuk 55.300.000 profil Facebook yang dihapus dalam beberapa jam setelah server terbuka ditemukan; 66.117.839 profil pengguna LinkedIn; dan 11.651.162 profil pengguna Instagram.

Adapun data yang bocor berisikan informasi identitas pribadi (personally identifiable information/PII) dari pengguna Facebook, Instagram, LinkedIn, dan platform lain di seluruh dunia, termasuk selebritas dan influencer.

Data pribadi yang terekspos termasuk biografi, gambar profil, total pengikut, pengaturan lokasi, detail kontak seperti alamat email dan nomor telepon, jumlah pengikut, jumlah komentar, tagar yang sering digunakan, nama perusahaan, posisi pekerjaan, dan lainnya.

SocialArks merupakan platform pengelolaan data  digunakan untuk periklanan dan pemasaran terprogram. Mereka menyebut perusahaannya sebagai agensi manajemen media sosial lintas batas yang didedikasikan untuk memecahkan masalah saat ini membangun merek, pemasaran, pengelolaan kostumer sosial di industri perdagangan luar negeri China.

Kasus kebocoran data yang dialami Socialarks kali ini bukanlah yang pertama. Tim Safety Detectives mengungkapkan, perusahaan asal China itu juga pernah mengalami kebocoran data 150 juta akun pengguna dari media sosial yang sama pada Agustus 2020. (EA)

 

Pos terkait