Indiespot.id-Jakarta, New Normal adalah skenario untuk mempercepat penanganan COVID-19 dalam aspek kesehatan dan sosial-ekonomi.
Pemerintah Indonesia telah mengumumkan rencana untuk mengimplementasikan skenario new normal dengan mempertimbangkan studi epidemiologis dan kesiapan regional.
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Doni Manardo mengatakan, masyarakat harus bersiap menghadapi tantangan hidup Covid-19 karena sampai sekarang belum diketahui kapan pandemi akan berakhir.
Kondisi tersebut yang dikatakan sebagai new normal.
“Upaya atau strategi menghadapi tantangan new normal. Gugus Tugas sudah memberikan beberapa masukan, pertama tentang pentingnya prakondisi melalui survei, kajian riset, kemudian juga waktu yang tepat kapan harus dimulai new normal, dilihat dari data lapangan. Bapak presiden sudah perintahkan untuk mengkaji daerah mana yang boleh dibuka,” kata Donni, dikutip dari Antara.
Daerah-daerah dengan kriteria “hijau”, dengan kasus Covid-19 rendah, akan diizinkan memulihkan aktivitas. Namun, hal tersebut akan dilakukan dengan memperhatikan tingkat kepatuhan warga menjalankan protokol kesehatan jika pembatasan sosial dilonggarkan.
Ia mengemukakan perlunya penentuan prioritas lokasi dan bidang sasaran pelonggaran pembatasan, simulasi pelonggaran pembatasan, serta koordinasi antara pusat dan daerah dalam pelaksanaan pelonggaran pembatasan.
Indikator New Normal
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Suharso Monoarfa, menyampaikan beberapa indikator dari WHO dalam rangka skenario new normal di tengah pandemi corona.
“Jadi WHO memberikan beberapa indikator yang diminta untuk dapat dipatuhi oleh semua negara di dunia dalam rangka menyesuaikan kehidupan normalnya, new normal-nya itu dengan COVID-19, sampai kita belum menemukan vaksin,” jelas Kepala Bappenas dikutip dari tirto.id.
Indikator yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Tidak menambah penularan atau memperluas penularan atau semaksimalnya mengurangi penularan.
2. Menggunakan indikator sistem kesehatan yakni seberapa tinggi adaptasi dan kapasitas dari sistem kesehatan bisa merespons untuk pelayanan COVID-19.
3. Surveilans yakni cara menguji seseorang atau sekelompok kerumunan apakah dia berpotensi memiliki COVID-19 atau tidak sehingga dilakukan tes masif
Adapun mengenai protokolnya, menurut Menteri PPN nanti akan disiapkan, harus dipromosikan, dikampanyekan, dan berharap pers bisa ikut membantu dan semua untuk bisa hidup kembali atau hidup dalam new normal.
“Kampanye tentang bagaimana hidup dengan new normal itu, yaitu bagaimana nanti sikap kita di dalam restoran, di bandara, di pelabuhan, di stasiun kereta, di mana saja, ketika kita itu (berada di tempat) yang ada punya potensi kontak kepada orang lain. itu yang ingin saya sampaikan,” ungkapnya. (E4)