Salah seorang pendiri Yayasan Orangutan Sumatera Lestari – Orangutan Information Centre, Panut Hadisiswoyo saat ditemui dikantornya Kamis, (28/11).
Memperlihatkan video pendek berisi satu individu orangutan sumatera (Pongo abelii) dewasa berjalan di tanah di sebuah perkebunan kelapa sawit, terlihat tangannya menggapai-gapai ke atas seperti ingin memanjat. Badannya kemudian menabrak pelepah kelapa sawit.
Panut menjelaskan, orangutan tersebut bernama Paguh. Dia dievakuasi dari sebuah perkebunan kelapa sawit di Desa Gampong Teungoh, Kecamatan Trumon, Aceh Selatan pada Rabu (20/11) oleh tim The Human-Orangutan Conflict Response Unit bersama tim dari BKSDA Aceh.
“Memang kondisinya sudah berada di tanah, kondisinya seperti tidak bisa melihat dan berada di dalam perkebunan kelapa sawit masyarakat,” katanya Panut.
Menurutnya, orangutan tersebut dalam kondisi terdesak dan tidak memiliki kemampuan bisa bertahan hidup.
“Tim mencurigai matanya mengalami kebutaan akibat kontraksi dengan benda tajam dan juga infeksi akibat benda tajam, atau peluru,” jelasnya.
Dugaan adanya peluru senapan angin, kata dia, sudah terkonfirmasi dari pihak Sumateran Orangutan Conservation Programme (SOCP).
Untuk diiketahui, SOCP adalah pengelola Pusat Karantina Orangutan di Batu Mbelin, Kecamatan Sibolangit, Deli Serdang.
“Di dalam tubuh orangutan itu ada 24 peluru senapan angin di mana dari 24 peluru itu, 16 berada di kepala, termasuk di bagian wajah orangutan,” katanya.
Dijelaskannya, setelah dievakuasi dan diperiksa, orangutan tersebut dibawa ke Pusat Karantina Orangutan Batu Mbelin untuk melakukan proses penyembuhan.
Menurut Panut, kondisinya tidak memungkinkan untuk dilepasliarkan atau dikembalikan ke habitat aslinya di SM Rawa Singkil. “Tapi saya tidak yakin matanya sudah buta dan bisa pulih kembali,” Tutupnya. (E3).