Indiespot.id, Medan- Sepekan sejak resmi menjadi Direktur Utama Bank Sumut, Senin (3/7/2023) yang lalu, Babay Parid Wazdi langsung tancap gas. Babay berkeliling mengunjungi enam kabupaten dan menyambangi tujuh cabang dan cabang pembantu Bank Sumut. Tujuannya tentu saja untuk konsolidasi dan silaturahmi.
“Alhamdulillah dua hari ini sudah mengunjungi Kabupaten Deli Serdang, Karo, Dairi, Samosir, Simalungun dan Siantar. Silaturahmi merupakan kunci sukses seorang leader. Silaturahmi juga merupakan bagian pengawasan aktif direksi,” ucap Babay dalam keterangannya kepada media, Minggu (9/7/2023).
Dia menambahkan, silaturahmi dengan cara kunjungan langsung ke cabang-cabang akan meningkatkan kedalaman dan mengetahui masalah yang ada. Selain itu akan meningkatkan kohesivitas jajaran direksi dengan para pimpinan cabang dan pimpinan cabang pembantu.
Dalam kesempatan itu, Babay mengunjungi tujuh cabang dan capem Bank Sumut yaitu Brastagi, Tiga Panah, Capem Onan, Sumbul, Merek, Tomok, dan Nainggolan.
“Komunikasi dua arah dengan para karyawan dari level atas sampai terbawah, memberikan inspirasi, motivasi, wawasan dan mendengarkan masukan adalah hal yang utama dalam memimpin. Alhamdulillah, para karyawan semangat, antusias, aktif memberikan masukan yang positif, konstruktif untuk memajukan Bank Sumut dan mencapai Sumut bermartabat,” terang Babay.
Empat Point Utama
Sebelumnya, pengamat ekonomi Gunawan Benjamin menyarankan beberapa point yang sebaiknya dilakukan Babay untuk membuat kinerja Bank Sumut semakin moncer. “Saya menyarankan ada empat poin utama yang harus dilakukan oleh Dirut Bank Sumut yang baru saja ditetapkan,” ujar Gunawan, di Medan, Rabu (5/7/2023).
Pertama, Bank Sumut harus tetap fokus pada penyaluran kredit konsumer yang menjadi tulang punggung pendapatan bank. Dengan situasi ekonomi yang belum begitu pulih, kredit konsumer yang menyasar captive market Bank Sumut, seperti ASN, harus terus digarap.
“Dalami kebutuhan para ASN, pegawai BUMD, BUMN, tenaga honorer maupun masyarakat pada umumnya untuk mendapatkan fasilitas pembiayaan lewat Bank Sumut. Sejauh ini, dominasi captive market Bank Sumut yang menopang bisnis sampai detik ini,” kata Gunawan.
Dia menambahkan, bukan berarti Bank Sumut tidak dapat menyalurkan pembiayaan ke sektor yang lain, akan tetapi, ketidakpastian ekonomi tetap menuntut Bank Sumut untuk mampu meningkatkan laba.
Kedua, libatkan Bank Sumut dalam menjaga stabilitas makro/mikro ekonomi Sumut. Sebagai contoh, salah satu masalah besar yang dialami Sumut saat ini adalah inflasi dan kemiskinan. Bank Sumut bisa hadir dengan membangun sistem penyaluran bantuan sosial yang akuntabel secara digital.
Ketiga, Bank Sumut harus berkontribusi untuk menciptakan iklim bisnis BUMD yang sehat. Di luar Bank Sumut, masih ada BUMD di wilayah Sumut yang mencatatkan kinerja keuangan merugi. Sehingga, harus ada sinergi antara Bank Sumut dengan BUMD lainnya.
Bentuk sinergi yang bisa dikembangkan nantinya seperti penyelesaian masalah keuangan perusahaan, asistensi atau pendampingan manajemen keuangan perusahaan, hingga sinergi dalam pengembangan SDM perusahaan dengan saling berbagi tenaga ahli.
“Bank Sumut harus mampu hadir dan memberikan solusi terhadap masalah keuangan yang menggerogoti banyak BUMD di wilayah Sumut,” ucap Gunawan.
Keempat, jelas Gunawan, digitalisasi di semua layanan Bank Sumut, Pemda, dan BUMD lainnya. Digitalisasi layanan keuangan pemerintah provinsi, kabupaten dan kota hingga BUMD seharusnya bisa diinisiasi Bank Sumut.
“Dengan digitalisasi pendapatan asli daerah bisa ditingkatkan dan meminimalisir kebocoran. Dan saya yakin Bank Sumut bisa hadir disitu dengan mengembangkan sistem layanan keuangan digital, yang terkoneksi dengan pemprov Sumut,” katanya. (Au)