MENYANDANG status disabilitas sejak usia tiga tahun, tidak membatasi semangat Marliana Sihombing agar bermanfaat bagi banyak orang. Di usianya yang 54 tahun, semangat wanita yang lumpuh karena penyakit polio ini, justru kain berapi-api.
Bermodalkan sepedamotor roda tiga yang ditempahnya sendiri, Marliana yang saat ini menjadi Bendahara Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Sumut, rutin mengikuti berbagai pelatihan keterampilan. Semua dilakukan untuk membuat dirinya menjadi pribadi yang lebih kuat dan mandiri.
Benar saja, dari profesi menjahit baju yang sudah ditekuninya 29 tahun Marliana bisa hidup mandiri bahkan memberikan lapangan kerja baru pada anggota HWDI lainnya. Keterampilanya menjadikan benang jadi baju, membuktikan kalau kesuksesan milik siapa saja yang mau bersungguh-sungguh.
Tidak hanya menjahit, Marliana juga rutin menularkan ilmu menjahitnya kepada siapa saja yang ingin belajar kepadanya.
“Pintu rumah saya selalu terbuka untuk siapa saja yang mau belajar menjahit. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang selalu dibagikan,” katanya.
Ternyata bukan penyandang disabilitas saja yang rutin datang ke rumahnya, orang dengan fisik normal juga banyak belajar menjahit darinya. Tercatat sudah lebih dari seratus murid yang berhasil diajarkannya menjahit.
Saya bisa seperti ini, karena saya mau menunjukkan kepada semua orang, kalau kehadiran kami para penyandang disabilitas, bukan sebagai beban yang hanya bisa menyusahkan saja. Kami bisa juga bisa berguna untuk kepentingan orang banyak,” ujarnya.
Kata dia, kerasnya kehidupan yang dirasakan sebagai disabilitas, telah menempah mentalnya untuk menjadi perempuan yang kuat. Dia yang tidak bisa berjalan kerap mendapat penolakan ketika melamar kerja.
“Usai tamat sekolah di tahun 1986, saya berulang kali melamar kerja, tapi berulang kali tidak diterima, mungkin karena saya lumpuh makanya tidak diterima kerja,’’ tuturnya.
Sempat berputus asa dengan keadaan itu, Marliana akhirnya bisa bangkit dari keterpurukan berkat keluarga yang selalu men-support dalam kondisi apapun.
“Semenjak dari situlah saya mulai belajar menjahit. Hingga akhirnya bisa hidup mandiri seperti sekarang,” katanya.
Saat ini, waktu Meliana banyak dihabiskan untuk memberikan motivasi kepada para penyandang disabilitas lainnya, agar terus bersemangat menjalani hidup.
“Tidak semua penyandang disabilitas seberuntung saya yang masih punya keluarga setia menemani. Karena itu saya dan teman-teman HWDI akan berjalan bersama untuk saling support, agar kami bisa hidup lebih mandiri dan tidak selalu dicap menyusahkan,” tuturnya (E1)